Adaptasi Sistem Pernapasan Terhadap Latihan

                                       Adaptasi Sistem Pernapasan Terhadap  Latihan


Latihan       
 
             Menurut pendapat Fox (1993: 693)  bahwa  latihan  adalah  suatu  program  latihan fisik untuk mengembangkan seorang atlit dalam menghadapi  pertandingan  penting.  Peningkatan kemampuan ketrampilan dan kapasitas energi diperhatikan sama.         
             Banyak pendapat yang dikemukakan oleh beberapa  ahli  tentang  definisi  tentang  latihan. Inti  dari  keseluruhan  adalah  kerja  fisik   yang   sistematis   dan   teratur   dengan   latihan   yang terprogram.   Latihan   fisik   sebaiknya   dilakukan   sesuai   dengan   kemampuan   tubuh    dalam menanggapi tekanan yang diberikan, bila tubuh  diberi  beban  latihan  yang  terlalu  ringan,  maka akan terjadi proses adaptasi. Demikian juga bila diberikan beban  yang  terlalu  berat,  tubuh  tidak akan mampu mentolerir, akan menyebabkan terjadinya proses homeostatis pada system tubuh  dan dapat mengakibatkan kerusakan pada jaringan. (Sugiharto, 2004: 4).         
            Seseorang  yang  melakukan  latihan,  maka  dalam  tubuhnya  akan   terjadi   peningkatan

kekuatan, ketahanan dan terdapat perubahan  dalam  mekanisme  otot,  serta  organ  tubuh.  Setiap latihan membutuhkan energi, sumbernya adalah ATP PC, system asam laktat dan system  aerobic. Latihan yang kita lakukan ada  kalanya  terutama  bersifat  anaerobik  dan  aerobik.  Supaya  dapat mempersiapkan sistem energi yang digunakan dalam latihan, maka perlu  diketahui  sistem  energi yang digunakan dalam olahraga tersebut. Setelah diketahui system energi yang predominan, maka dipilih macam latihan yang meningkatkan energi yang dibuthkan . Energi yang  dikeluarkan  pada usaha maksimal berasal dari sistem fosfagen  (ATP  PC).  Latihan  yang  memakan  waktu  kurang dari 3 menit lebih tergantung  pada  mekanisme  anaerobik.  Kekuatan  anaerobik  tergantung  dari persediaan energi ATP-PC dan pembentukan asam  laktat.  Pembentukan  asam  laktat  tergantung dari persediaan glikogen dan nilai ambang anaerobik.   Untuk  meningkatkan  kapasitas  anaerobik maka diberikan latihan dengan beban maksimum dengan istirahat 4-5 menit. Untuk  kekuatan  dan ketahanan  aerobik  diperlukan  otot-otot  yang  mempunyai  kapasitas  oksidasi  yang  tinggi   dan pengangkutan O2  yang  cukup  dari  paru  dengan  pertolongan  jantung  ke  otot.  Untuk  aktifitas aerobik ini diperlukan persediaan energi berupa lemak dan karbohidrat. Pada latihan  ringan  maka sebagian besar energi berasal dari pembakaran lemak, lebih berat pekerjaan itu maka  energi  yang dibutuhkan lebih tergantung pada karbohidrat. Setelah predominan energi sistem  diketahui,  maka kita harus tahu prinsip latihan aerobik dan aerobik.


Latihan Aerobik         
          Olahraga  aerobik  (dengan  oksigen)  melibatkan   kelompok-kelompok   otot   besar   dan dilakukan dengan intensitas yang cukup rendah  serta  dalam  waktu  yang  cukup  lama,  sehingga sumber-sumber bahan bakar dapat diubah menjadi ATP dengan  menggunakan  siklus  asam  sitrat sebagai jalur metabolisme  predominan.  Olahraga  aerobik  dapat  dipertahankan  dari  lima  belas sampai dua puluh menit hingga beberapa jam dalam sekali latihan. (Sherwood, 2001:34).

Latihan Anaerobik           
         Latihan yang meningkatkan persediaan ATP-PC dalam otot,  peningkatan  kadar  glikogen maupun peningkatan nilai ambang anaerobik denagn  cara  pembentukan  asam  laktat  yang  lebih sedikit pada beban  yang  sama  maupun  ketahanan  terhadap  keasaman  ysng  dissebabkan  asam laktat. (Soekarman, 1987: 49). 

Sistem Pernapasan Manusia 
      organ pernapasan utamanya adalah paru-paru (pulmo) dan dibantu oleh alatalat pernapasan lain. Menurut Guyton (1995) jalur udara pernapasan  untuk  menuju  sel-sel  tubuh adalah: Rongga hidung > faring (rongga tekak) > laring > trakea  (batang  tenggorok)  >  bronkus  >  paruparu > alveolus > sel-sel tubuh.

1. Alat Pernapasan Manusia

1.a) Rongga Hidung

 Rongga hidung merupakan tempat yang  paling  awal  dimasuki  udara  pernapasan.  Udara pernapasan masuk melalui lubang hidung menuju rongga hidung yang dilengkapi dengan  rambutrambut kecil (silia) dan selaput lendir yang berguna untuk  menyaring  debu,  melekatkan  kotoran pada rambut hidung, mengatur suhu udara pernapasan, maupun menyelidiki adanya bau udara. Rongga hidung berhubungan pula  dengan  tulang  dahi,  tulang  ayak,  kelenjar  air  mata,  telinga bagian  tengah,  serta  rongga  mulut.  Itulah  sebabnya  kita  dapat  pula  bernapas  melalui  mulut. Namun, sebaiknya dalam keadaan normal bemapaslah melalui hidung.

 1.b) Faring

 Dari rongga hidung, udara pernapasan menuju  faring.  Faring  (rongga  tekak)  merupakan rongga pertigaan ke arah saluran pencernaan (esofagus), saluran  pernapasan  (batang  tenggorok), dan  saluran  ke  rongga  hidung.  Pada  peristiwa  tersedak  saat  makan  sambil  berbicara,  terjadi gerakan  refleks  untuk  mengeluarkan  kembali  benda  atau  makanan  yang   masuk   ke   saluran pernapasan. Namun, mekanisme menelan dan bemapas ini  telah  diatur  sedemikian  rupa  dengan semacam katup epiglotis serta gerakan  laring  (ke  atas)  sewaktu  menelan,  sehingga  saluran  ke rongga hidung (saluran pernapasan) tertutup rapat-rapat.

 1.c) Laring

 Dari   faring,   udara   masuk   ke   laring.   Dalam   laring   terdapat   selaput   suara    yang ketegangannya diatur oleh serabut-serabut  otot  sehingga  dapat  menghasilkan  tinggi  rendahnya nada suara yang diperlukan. Keras lemahnya suara  ditentukan  oleh  aliran  udara  yang  melewati selaput suara.

 1.d) Trakea

 Dinding batang tenggorok (trakea) dan dinding bronkus (cabang batang  tenggorok)  terdiri atas tiga lapisan sel, berturut-turut dari dalam  adalah  lapisan  epitelium  (bersilia  dan  berlendir), lapisan  tulang  rawan  dengan  otot  polosnya,  serta  lapisan  terluar  yang   terdiri   dari   jaringan
pengikat. Batang tenggorok (trakea) terletak di  daerah  leher  di  depan  kerongkongan  (esofagus) dan merupakan pipa yang terdiri dari gelang-gelang tulang  rawan.  Bagian  pangkal  selalu  dalam keadaan terbuka. Di daerah dada, trakea bercabang dua,  ke  kiri  dan  ke  kanan,  disebut  bronkus (cabang batang tenggorok). Tempat percabangan ini disebut bifurkasi.

1.e) Bronkus dan Paru-paru

Cabang-cabang batang tenggorok (bronkus) masuk ke dalam paru-paru. Paru-paru (pulmo) terletak di dalam rongga dada  di  kanan  dan  kiri  jantung.  Paru-paru  kiri  berlobus  dua  dengan ukuran lebih kecil daripada paru-paru  kanan  yang  berlobus  tiga.  Di  dalam  paru-paru,  bronkus sebelah kanan bercabang tiga, sedangkan bronkus  sebelah  kiri  bercabang  dua,  sama  jumlahnya dengan jumlah lobus paru-paru. Paru-paru sebelah kanan terdiri atas tiga  kelompok  alveolus  dan merupakan tiga belahan (tiga lobus). Sedangkan paru-paru sebelah kiri terdiri atas  dua  kelompok alveolus dan merupakan dua belahan paru-paru (dua lobus). Bronkus yang ke kiri  posisinya  lebih "mendatar" dibandingkan yang kanan. Cabang bronkus disebut bronkiolus.

1.f) Bronkiolus dan Alveolus

 Dari  bronkus,  udara  masuk  ke   cabang   bronkus   yang   semakin   halus   lagi,   disebut bronkiolus.  Bronkiolus  berakhir  sebagai  gelembung-gelembung  udara  yang   dinding   luarnya mempunyai  gelembung-gelembung  halus  yang  disebut  alveolus.   Alveolus   diselubungi   oleh pembuluh darah kapiler tempat terjadinya difusi O2 dan CO2. Paru-paru manusia mempunyai ± 300 juta alveolus. Gelembung-gelembung alveolus inilah yang menyebabkan luas permukaan difusi udara pada paru-paru menjadi  50  X  luas  per_mukaan kulit tubuh (± 70 m2). Dinding alveolus sangat elastis, terdiri atas satu lapis sel  yang  di  beberapa tempat terbuka untuk memudahkan  difusi  udara  dengan  kapiler  darah.  Sementara  itu,  dinding bronkiolus tipis, tidak bertulang rawan maupun bersilia. Gerakan kembang kempisnya paru-paru terjaga dari gesekan karena adanya cairan limfa di antara kedua selaput pembungkus paru-paru atau  pleura.  Selaput  sebelah  dalam  disebut  pleura viseralis atau pleura  paru-paru,  sedangkan  selaput  sebelah  luar  disebut  pleura  parietalis  atau pleura dinding rongga dada. Tekanan  pada  rongga  pleura  atau  intratoraks  lebih  kecil  daripada tekanan udara luar (± 3-4 mmHg).

2. Proses Pernapasan

 Proses pengambilan udara masuk ke dalam  tubuh  disebut  inspirasi  atau  menarik  napas, sedangkan pengeluaran udara dari dalam tubuh disebut ekspirasi atau menghembuskan napas.

3. Mekanisme Pernapasan

 Dikenal dua macam mekanisme pernapasan, yaitu pernapasan dada dan pernapasan perut. 

3.a) Pernapasan Dada

 Pernapasan dada terjadi  karena  gerakan  tulang-tulang  rusuk  oleh  otot-otot  antar  rusuk (interkostal). Inspirasi terjadi jika otot-otot antarrusuk berkontraksi  sehingga  tulang-tulang  rusuk terangkat ke atas,  demikian  pula  tulang  dada  ikut  terangkat  ke  atas.  Akibatnya,  rongga  dada membesar. Membesarnya rongga dada menyebabkan paru-paru ikut membesar, akibatnya tekanan udara dalam paru-paru berkurang sehingga udara luar masuk. Sebaliknya, ekspirasi terjadi jika otot-otot  antar  rusuk  relaksasi,  yaitu  tulang  rusuk  dan tulang dada turun kembali pada kedudukan semula sehingga rongga dada  mengecil.  Oleh  karena volume paru-paru berkurang maka tekanan  udara  dalam  paru-paru  bertambah;  akibatnya  udara keluar.

 3.b) Pernapasan Perut

 Pernapasan  perut  terjadi  karena  gerakan  otot   diafragma   (sekat   rongga   badan   yang membatasi rongga dada  dan  rongga  perut).  Inspirasi  terjadi  jika  otot  diafragma  berkon_traksi sehingga letaknya agak mendatar; berarti mendesak rongga perut hingga ± 5 cm  ke  bawah.  Oleh karena rongga dada membesar maka paru-paru ikut membesar.  Akibatnya,  tekanan  udara  dalam paru-paru berkurang sehingga udara luar masuk. Sebaliknya,  ekspirasi  terjadi  jika  otot  diafragma  mengendur  kembali  pada  kedudukan semula, sehingga rongga dada mengecil dan paru-paru  pun  ikut  mengecil.  Oleh  karena  volume paru-paru berkurang, tekanan udara dalam paru-paru bertambah akibatnya udara keluar. Jadi, jelaslah bahwa aliran udara dalam alveolus  terjadi  karena  perbedaan  tekanan  udara bebas  dengan  tekanan  udara  dalam  al_veolus.  Perbedaan  tekanan  tersebut  di  sebabkan   oleh perubahan volume rongga dada dan rongga perut dengan adanya gerakan  kontraksi  dan  relaksasi otot interkostalis, otot diafragma, dan otot perut. Perbedaan tekanan udara paru-paru dibandingkan tekanan udara luar pada akhir ekspirasi adalah lebih tinggi ± 2 sampai 3  mmHg,  sedangkan  pada saat inspirasi dimulai, perbedaannya lebih rendah ± 1 sampai 2 mmHg.

4. Volume Udara Pernapasan dalam Paru-paru 

Dalam keadaan normal, volume udara inspirasi dan udara ekspirasi ± 500 ml disebut udara pernapasan atau volume tidal. Volume tidal dapat berubah, tergantung  aktivitas  tubuh.  Dari  500 ml udara tersebut pada umumnya 350 ml sampai di paru-paru, sedangkan yang 150 ml  sampai  di saluran pernapasan saja. Dengan menarik napas dalam-dalam, para olahragawan dapat  menambah udara cadangan inspirasi (udara komplementer) ± 1500 ml,  demikian  pula  menambah  cadangan ekspirasi (udara suplementer) ± 1500 ml juga. Sementara itu, ±  1000  ml  udara  sisa  yang  selalu berada dalam paru-paru tidak dapat diekspirasikan, disebut udara residu. Volume  udara  pernapasan  kita  antara  500  ml  -  3500  ml,  yaitu  500  ml  volume  tidal ditambah 1500 ml  udara  suplementer.  Jumlah  udara  pernapasan  3500  ml  inilah  yang  disebut kapasitas vital paru-paru. Kapasitas vital seseorang tidak sama,  ada  yang  mencapai  ±  4000  ml karena  dapat  menambah  udara   cadangan   ekspirasi   (udara   suplementer)   hingga   2000   ml, tergantung dari kondisi tubuh dan latihan pernapasan dalam-dalam yang dilakukannya setiap hari.
Kapasitas  vital  paru-paru  ditambah  udara  residu  disebut  kapasitas   total.   Alat   untuk mengukur kapasitas vital paru-paru disebut spiromemeter.. Kapasitas vital seorang  laki-laki  sehat rata-rata 3,5 liter.

5. Gas O2 dan CO2 dalam tubuh

           Oksigen (O2) sangat diperlukan dalam semua kegiatan tubuh. Oleh karena  itu,  pemasukan oksigen dari luar ke dalam tubuh tidak boleh  terhenti.  Pada  penderita  tetanus,  untuk  memenuhi keperluan oksigennya sering dilakukan trakeostomi, yaitu pengeboran  batang  tenggorok  (trakea) yang langsung dihubungkan dengan udara luar.
           Difusi oksigen dari paru-paru ke sel-sel jaringan  tubuh  terjadi  akibat  perbedaan  tekanan O2. Pada waktu tekanan udara luar satu atmosfer (760 mmHg), besamya tekanan oksi_gen di paruparu ±150 mmHg (± seperlimanya). Tekanan dalam arteri ±100 mmHg, dan di vena ± 40  mmHg. Tekanan O2 di jaringan 0-40 mmHg, maka oksigen dapat berdifusi ke sel-sel jaringan tubuh. 
           Pada saat tekanan oksigen dalam arteri 100 mmHg, setiap 100 ml darah dapat mengangkut 19 ml O2. Dari 19 ml O2 tersebut, 12 ml oksigen ikut terbawa darah dalam vena,  sedangkan  yang 7 ml disampaikan ke sel-sel jaringan tubuh. Jadi seorang laki-laki dengan  5  liter  darahnya  dapat menyampaikan 350 ml oksigen setiap satu kali beredar. 
          Dalam keadaan biasa, kita memerlukan oksigen ± 300 liter sehari  semalam  atau  liter  tiap menitnya. Jumlah ini bertambah apabila aktivitas tubuh juga meningkat.
          Pengangkutan  oksigen  dalam  tubuh  dilakukan   oleh   plasma   darah   dan   hemoglobin. Sebagian besar oksigen diangkut oleh Hb (hemoglobin)  dalam  bentuk  oksimioglobin  (tersimpan dalam otot) dan oksihemoglobin (tersimpan dalam darah merah); hanya  2-3%  saja  oksigen  yang larut dalam plasma. Hemoglobin dapat  mengikat  dan  melepaskan  oksigen  dalam  reaksi  bolakbalik sebagai berikut.
 Hb4 + 4 O2                            
           4 HbO2 Difusi CO2 dari jaringan ke aliran darah  dan  paru-paru  juga  disebabkan  oleh  perbedaan tekanan CO2 Tekanan karbon dioksida (CO2) dalam jaringan ± 60 mmHg, dalam vena 47  mmHg, dalam arteri 41 mmHg,  sedangkan  tekanan  CO^  dalam  alveolus  35  mmHg.  Oleh  karena  itu, CO2 dalam jaringan akan diangkut ke alveolus dalam paru-paru. Dalam keadaan biasa,  tubuh  kita menghasilkan 200 ml karbon dioksida perhari.
 Pengangkutan CO2 dapat kita golongkan menjadi tiga cara, yaitu sebagai berikut:
 1). Kurang lebih 5% CO2 tersebut larut dalam plasma  membentuk  asam  karbonat   dalam  reaksi sebagai berikut: CO2 + H2O   ?v?0>   H2CO3 Akibatnya, pH darah menjadi 4,5 dan bersifat asam, tetapi asam ini dapat dinetralkan oleh ionion natrium serta kalium dalam darah. 
2. Pengangkutan karbon dioksida yang kedua berbentuk senyawa karbomino, yaitu  CO2  berdifusi ke dalam sel darah merah dan berikatan dengan Amin NH; (protein dari Hb). Dengan cara ini, ± 30% dari CO2 dapat diangkut. 
3.  Selebihnya,  ±  65%  (yang  terbanyak)  pengangkutan   CO2,   dalam   bentuk   ion   bikarbonat HCO2 melalui proses berantai yang disebut  pertukaran  klorida.  Karbon  dioksida  masuk  ke dalam sel darah merah dan terjadilah reaksi  kimia  bolak-balik  yang  dipercepat  oleh  enzim karbonat anhidrase dalam darah. 

6. Kecepatan Pernapasan 

     Kecepatan pernapasan (frekuensi pernapasan) dipengaruhi oleh jenis kelamin,  umur,  suhu tubuh, posisi tubuh maupun kegiatan. Frekuensi pernapasan pada orang dewasa normal  dan  sehat
berkisar antara 15 - 20 permenit. Pada kaum pria,  frekuensi  pernapasan  ini  lebih  kecil  daripada frekuensi pernapasan pada wanita. Jadi, pernapasan wanita lebih cepat  daripada  pernapasan  lakilaki. Semakin tua umur seseorang, frekuensi pernapasan semakin berkurang atau semakin lamban. Semakin tinggi tubuh semakin meningkat frekuensi pernapasan. Frekuensi pernapasan orang yang berbaring lebih rendah daripada orang yang duduk atau berdiri. Demikian  pula  orang  yang  tidak melakukan kegiatan (sedang beristirahat) frekuensi  pernapasannya  lebih  rendah  daripada  orang yang bekerja keras. Kekurangan O2  menyebabkan  kecepatan  pernapasan  bertambah,  sedangkan bila konsentrasi CO2 bertambah kecepatan pernapasan bertambah pula. 
    Gerakan  pernapasan  diatur  oleh  sistem  saraf  pusat  pada  medulla  oblongata  (sumsum penyambung)  yang  terdiri  dari  pusat  inspirasi  dan  pusat  ekspirasi.  Kedua  pusat  ini   bekerja bergantian sehingga terjadi ritme  pernapasan.  Saraf  pusat  juga  dapat  mempengaruhi  dalamnya pernapasan, meskipun terbatas. Misalnya bila kita menahan atau  berhenti  bernapas  sampai  batas waktu tertentu. dari frekuensi pengeluaran impuls dari paru jantung.

Adaptasi Sistem Pernapasan Terhadap Latihan

       Bekerja dan bergerak merupakan  fungsi  tubuh.  Untuk  bekerja  dan  bergerak  diperlukan energi. Energi diperoIeh tubuh dari pembakaran zat  makanan  oIeh  oksigen.  Untuk  memperoleh zat makanan, orang cukup hanya dengan makan sehari  tiga  kali.  Hal  ini  disebabkan  karena  zat makanan dapat disimpan dalam  sel-sel  tubuh  dalam  jumlah  yang  cukup.  Lain  halnya  dengan oksigen yang tidak dapat disimpan. Oksigen harus selalu diambil  dari  udara  dengan  perantaraan paru, darah dan sistem peredaran darah. Pada taraf kerja tertentu diperlukan sejumIah oksigen  tertentu. Makin tinggi taraf kerja, yang berarti makin banyak jumlah energi  yang  diperlukan,  makin banyak  pula  jumIah  oksigen  yang  diperlukan. Kemampuan  tubuh  untuk   menyediakan oksigen, disebut kapasitas aerobik, terutama bergantung kepada fungsi  sistem  pernapasan,  darah dan sistem kardiovas- kuler.
     Dalam pembentukan energi, terdapat dua macam proses yang dapat ditempuh, yaitu proses aerobik, proses yang memer- lukan oksigen; dan proses anaerobik, proses yang tidak  memerlukan oksigen.  Pada  proses  aerobik   terjadi   proses   pembakaran   yang   sempuma.   Atom   hidrogen dioksidasi menjadi H2O dan atom karbon dioksidasi menjadi  CO2.  Sisa  metabolisme  ter-  sebut dikeIuarkan dari tubuh melalui proses pernapasan . Energi yang diperoIeh dari proses  aerobik  ini tidak dapat  langsung  digunakan  otot  sebagai  sumber  energi  untuk  mengerut.  Energi  tersebut dengan proses lebih lanjut digunakan untuk sintesis ATP (adenosine  triphosphate)  dan  senyawasenyawa berenergi tinggi yang lain. Senyawa-senyawa tersebut  merupakan  senyawa  yang  dapat menyimpan  energi  dalam  jumlah  yang  besar.  Proses  pemecahannya  yang  tidak  memerlukan oksigen dengan menghasilkan energi yang  besar  itu  merupakan  proses  anaerobik.  Energi  yang dihasilkan dari pemecahan ATP ini dapat digunakan sebagai sumber energi  untuk  mengerut  oleh otot (2,3). Proses aerobik dan proses anaerobik tersebut dalam tubuh selalu  terjadi  bersama-sama dan berurutan. Hanya berbeda intensitasnya pada jenis dan tahap kerja  tertentu.  Pada  kerja  berat yang hanya berlangsung beberapa detik saja, dan  pada  permulaan  kerja  pada  umumnya,  proses anaerobik  Iebih   menonjol   daripada   proses   aerobik.   Pada   keadaan   kerja   tersebut,   sistem kardiopulmonal  beIum  bekerja  dengan   kapasitas   yang   diperlukan.   Untuk   penyesuaiannya, diperlukan waktu. Dengan  demikian  oksigen  yang  tersedia  tidak  mencukupi.  Maka  keperluan akan energi terutama dicukupi  dengan  proses  anaerobik.  Pada  keadaan  kerja  tersebut  terdapat "hutang" oksigen. "Hutang" ini akan dibayar sesudah  berhenti  bekerja,  sehingga  orang  sesudah
berhenti  bekerja  masih  terengah-engah  dan  denyut  jantungnya  masih   cepat.   Bila   pekerjaan diteruskan  dengan  taraf  kerja  yang  tetap,  refleks-refleks  tubuh  akan  mengatur  fungsi  sistem kardiopuI-  monal  untuk  mencukupi  jumlah  oksigen  yang  diperlukan,  sehingga  dicapai  kerja steady-state. Pada kerja steady-state  ini  jumlah  oksigen  yang  diperlukan  tetap  jumIahnya  dari waktu ke waktu (2,3). Bila taraf kerja ditingkatkan lagi dengan menambah beban kerja,  pada  saat ditingkatkan tersebut terjadi "hutang" oksigen lagi dan kembaIi proses anaerobik  lebih  menonjoI. Dan bila taraf kerja dipertahankan lagi pada taraf yang  baru  ini,  akan  terjadi  lagi  kerja  steadystate tetapi pada taraf yang lebih tinggi. Jumlah oksigen  yang  diperlukan  pada  taraf  kerja  yang lebih tinggi ini juga lebih besar. Bila taraf kerja dinaikkan secara bertahap demikian dengan setiap kali  menambah  beban  kerja,  suatu  saat   seluruh   kapasitas   sistem   kardiopulmonal   terpaksa dikerahkan  untuk  memenuhi  keperluan  akan  oksigen.  Dalam  hal  demikian  berarti   kapasitas aerobik  maksimal  telah  dicapai.  Bila  beban  kerja  dinaikkan  la-  gi,  tubuh   tidak   dapat   lagi menambah persediaan oksigen. Maka  kembali  proses  anaerobik  akan  Iebih  menonjol  daripada proses aerobik. Taraf kerja demikian tidak boleh dipertahan- kan dalam  waktu  yang  cukup  lama (beberapa menit) karena persediaan tenaga  dalam  tubuh  akan  habis  dan  orangnya  me-ngalami exhaustion (2). Proses anaerobik merupakan proses oksidasi yang tidak sempurna. Salah satu  sisa metabolismenya ialah asam  laktat.  Maka  biIa  proses  anaerobik  meningkat,  kadar  asam  laktat darah juga meningkat. 
       Fungsi  pernapasan  agar  baik,  berolahraga  merupakan   cara   yang   sangat   baik   untuk meningkatkan   vitalitas   fungsi   baru.   Olahraga   merangsang   pernapasan   yang    dalam    dan menyebabkan  paru  berkembang,  oksigen   banyak   masuk   dan   disalurkan   ke   dalam   darah, karbondioksida lebih banyak dikeluarkan. Seorang sehat berusia  50-an  yang  berolahraga  teratur mempunyai volume oksigen 20-30% lebih besar dari  orang  muda  yang  tidak  berolahraga.  Bila seseorang mempunyai volume oksigen yang lebih banyak  maka  peredaran  darahnya  lebih  baik, sehingga otot-otot mendapatkan oksigen  lebih  banyak  dan  dapat  melakukan  berbagai  aktivitas tanpa rasa letih. Sudah diketahui banyak faktor yang dapat mengganggu kesehatan  paru.   Bahaya yang ditimbulkan berupa  rusaknya  bulu  getar  di  saluran  napas,  sehingga  fungsi  pembersihan saluran napas terganggu. Bahan kimia tersebut juga dapat merusak sel-sel tertentu di alveola  yang sangat penting dalam pertahanan paru  dan  mengubah  tatanan  normal  sel-sel  di  paru,  sehingga dapat  menjurus  menjadi  kanker  paru,  serta  menurunkan   kemampuan/fungsi   paru,   sehingga menimbulkan gejala sesak napas/ napas pendek (Alan Stull, 1980). 
       Seseorang apabila ingin hidup sehat, maka harus selalu  menjaga  kesehatan  paru:  jagalah stamina dengan berolahraga teratur, cukup istirahat, makanan yang bergizi,  hindarilah  menghisap rokok. bernafas merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan dan merupakan aktivitas rutin yang selalu dilakukan oleh individu.  Beda  kemampuan  yang  dimiliki  tiap  individu,  tak  menjadikan alasan untuk tidak melakukan dua aktivitas tersebut. Jaringan,  organ  dan  sistem  yang  ada  pada tubuh  manusia  bekerja  sama  untuk  mendukung  setiap  organisme,  agar   dapat   melaksanakan tugasnya. 
Dengan latihan olahraga, maka perubahan yang terjadi  sehubungan  dengan  adaptasi  dari  sistem pernapasan adalah sebagai berikut:
1. Pemakaian oksigen sangat meningkat, karena  otot  yang  aktif  mengoksidasi  molekul  nutrien lebih cepat untuk memenuhi peningkatan kebutuhan energinya.
2. Produksi   karbondioksida   sangat   meningkat   karena   otot   yang   lebih   aktif   melakukan metabolisme memproduiksi lebih banyak karbondioksida 
3. Ventilasi alveolus sangat meningkat. 
4. Penyaluran oksigen ke otot sangat meningkat.
5. Pengurangan karbondioksida dari otot sangat meningkat 6. Frekuensi pernapasan juga sangat meningkat










refrensi

Alan  Stull.  (1980)  Encyclopedia  of  Physical  Education,  Fitness,  and  Sport,  Utah:   Brighton Publishing Company.

Fox, E.L, Bowers R.W, dan Foss, M.L.  (1993).  The  Phsysiological  Basis  For       Exercise  and Sporth, fifth edition. Iowa: Brown & Benchmark Publisher.

Guyton. (1995). Fisiologi  Manusia  dan  Mekanisme  Penyakit.  Alih  Bahasa:  Petrus  Andrianto. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Sherwood L, (2001).  Fisiologi  Manusia  dari  Sel  ke  Sistem,  alih  bahasa  Brahm  U.      Pendit. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Soekarman. (1987). Dasar Olahraga untuk Pembina, Pelatih dan Atlet. Jakarta:  Inti Idayu Press

https://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://staffnew.uny.ac.id/upload/132308484/penelitian/Adaptasi_Sistem_Pernapasan_Terhadap__Latihan.pdf&ved=2ahUKEwiajsOjwbfeAhULKY8KHaYUAeMQFjAAegQIBhAB&usg=AOvVaw0_8bprf12LUiaVsn5W_5Y5


Komentar

Postingan populer dari blog ini

TERAPI LILIN ( PARAFFIN BATH)

MICROWAVE DIATHERMY (MWD)

ADAPTASI SUHU TUBUH TERHADAP LATIHAN DAN EFEK CEDERA DI CUACA PANAS DAN DINGIN